Hidup Yang Dipulihkan

Nama saya Dita. Saya lahir dari keluarga yang sederhana, dan saya tumbuh besar tanpa ada orang tua. Saya tinggal di kepulauan kecil di salah satu provinsi besar di Indonesia.

Menjadi anak yang tidak hidup dengan kedua orang tua tidaklah mudah bagi saya, saya harus bekerja keras untuk menghidupi diri saya sendiri tanpa bantuan dari orang-orang terdekat, dan saya tumbuh dalam lingkungan yang cukup baik dalam segi agama, karena keluarga besarku merupakan Kristen fanatik, jadi mau tidak mau saya harus mengikuti segala aturan agama yang diajarakan oleh keluarga saya.

Saya merasa bahwa belajar dan mengenal tentang Tuhan itu sangatlah tidak menyenangkan dan membosankan, bahkan saya merasa bahwa Tuhan itu tidaklah adil terhadap hidup saya, dan saya merasa bahwa Tuhan itu tidak sayang pada saya, buktinya ketika saya susah Dia tidak pernah ada bahkan ketika saya merasa sendiri Diapun tidak pernah ada.

Saya merasa sangat hampa dalam dunia yang besar ini, saya tumbuh dengan luka yang sangat dalam, dendam, amarah, kebencian bahkan iri hati. Kesombongan saya, membuat saya begitu merasa bahwa saya tidak perlu Tuhan.

Saya selalu kegereja bahkan aktif dalam segalah kegiatan kerohanian tapi saya tidak pernah menemukan Tuhan disana ataupun kedamaian, rasa hampa itu membuatku menjadi orang yang pemalu dan bahkan menutup diri dari orang-orang sekitar.

Saya menjadi orang yang pemarah, dan suka menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidup saya, terutama kedua orang tua saya. Yang dimana saya merasa bahwa merekalah penyebab segala hal yang saya alami dalam hidup saya.

Kebencian saya bertambah ketika saya dilecehkan oleh orang terdekat saya dan bahkan sampai diperkosa, tak ada satupun yang tahu kejadian itu dan tidak ada keberanian dalam diri saya untuk bicara pada orang-orang, karena saya merasa bahwa tidak ada satupun orang didunia ini yang peduli dan yang saya percaya, kecuali diri saya sendiri.

Kejadian itu membuat saya sangat terluka, bahkan kebencianku terhadap kedua orang tua saya dan Tuhan tak bisa dibendung lagi. Sampai saya memutuskan untuk mengahiri hidup saya dengan meminum racun. Tetapi racun itu tidaklah membuat saya mati.

Kejadian bunuh diri itu membuat hidup saya semakin kacau dan hidup saya makin berantakan, bahkan saya menjadi wanita penghibur untuk memenuhi kebutuhan saya, dan saya menjadi sangat jauh dari Tuhan.

Tanpa saya sadar dibalik kebencian saya terhadap orang tua, selalu ada doa yang dipanjatkan oleh seorang Ibu untuk anaknya yang mungkin tak bisa dia lihat dan peluk setiap harinya. Yang bisa dia lalukan hanya berdoa dari jauh dan doanyalah membuat saya mengenal kasih Bapa.

Lewat doa ibu saya, saya dapat mengenal Tuhan secara pribadi lewat sakit yang saya alami. Yaitu pembekakan jantung, ketika saya mengtahui penyakit saya, hal itu membuat saya sangat tepukul, karena saya mengalami sakit jatung, diusia 21 tahun, kejadian itu membuat hancur hati saya, tapi kali ini entah kenapa dibalik hancur hati saya karena sakit jantung. Saya merasa bahwa saya tidak sendiri, saya merasa bahwa ada tangan yang sangat besar memeluk dan selalu menggendong saya.

Saya tidak mengerti, ketika saya mengalami sakit ini, saya merasa sangat sedih tapi saya juga tidak merasa takut. Sampai akhirnya saya tahu bahwa lewat sakit ini Tuhan ada dan selalu memeluk saya, bahkan Dia yang menghibur dan menguatkan saya melewati semua ini sampai saya sembuh. Dan menolong saya melewati masa sulit yang saya alami sejak kecil.

Luka batin yang saya alami membuat mata saya tertutup akan kebaikan Tuhan dalam diri saya, bahkan tanpa saya sadari Tuhan selalu menolong saya lewat aturan-aturan agama dari keluarga saya.

Dan bukan Tuhan tidak mau menolong saya untuk bebas dari tekanan dan pemerkosaan itu. Tapi Tuhan mengijinkan hal itu terjadi supaya saya menjadi orang yang kuat menghadapi masalah.

Tuhan memulihakan kehidupan saya dan menjadikan saya orang yang kuat dan mampu memaafkan kedua orang tua saya dan orang-orang yang menyakiti saya.

Lewat kejadian ini saya belajar bahwa kadang kita tak bisa melihat kebaikan Tuhan bukan berarti, Tuhan tak perna ada bersama kita, atau tidak adil ataupun jauh dari kita.

Tuhan selalu ada didekat kita bahkan Dia selalu memeluk dan menggedong kita. Yang perlu kita lakukan adalah hanya membuka hati dan belajar melihat masalah dengan positif.

Lewat pengalaman hidup saya yang pahit, tanpa saya sadar bahwa Tuhan mempersiapkan saya untuk menolong orang-orang yang mengalami hal yang sama bahkan lebih parah dari yang saya alami.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua dan kita tetap kuat dalam Tuhan Amin.

Terima kasih