Filipi 2:1-11
Oleh : Pdt. Dr. Johan Kusmanto
Menjadi ciptaan yang baru setelah kita menerima Tuhan Yesus adalah sebuah peristiwa dimana kita menerima Tuhan Yesus secara pribadi sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Ini tidak sama dengan bahwa saya sudah beragama Kristen. Karena tidak sedikit orang yang sudah beragama Kristen sejak lahir namun dia lalu menjadi ciptaan baru karena dia menjadi Kristen karena ikut orang tua. Menjadi ciptaan baru itu merupakan suatu peristiwa sekali dalam hidup kita dimana kita dilahirkan kembali, sadar bahwa otrang tua berdosa dan hidup kita sudah di ampuni dosa-dosa kita oleh kematian Tuhan Yesus. Dan apa yang terjadi sesudah menjadi ciptaan baru maka terjadilah mulai perubahan-perubahan dalam hidup kita. Sebagai contoh Zakeus. Dia di kenal sebagai seorang berdos, pemungut cukai, mengunpilkan harta baik dengan cara yang baik maupun dengan cara yang tidak baik. Dia tidak perduli nasib orang lain.Tetapi setelah dia bertemu dengan Tuhan Yesus ketika dia naik ke atas pohon dan Tuhan Yesus berkata, Zakheus, turunlah Aku mau menumpang di rumahmu. Setelah pertemuan itu Zakheus berkata Tuhan setengah dari milikku ku berikan kepada orang miskin. Artinya bahwa terjadi perubahan dalam diri Zakheus. Perubahan itu mengakibatkan dia yang dulu di kenal sebagai orang yang mungkin mencari kepentingan sendiri, tidak perduli dengan orang lain, sekarang dia peduli dengan orang lain, dia mengembalikan kepada orang yang dirugikan. Begitu juga dengan Paulus. Sebagai orang yang menentang orang-orang Kristen bahkan dia berusaha menghabisi, membunuh orang-orang Kristen tapi setelah perjalanan perjumpaannya dengan Kristus dia berubah, dia justru mengajarkan orang-orang Kristen untuk bertumbuh imannya dalam Tuhan.
Perubahan selalu terjadi setelah ada perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Mungkin kita katakana perubahan apa yang terjadi tentu salah satunya adalah perubahan karakter. Makanya tanda orang yang mengenal Tuhan Yesus, menjadi ciptaan baru karakternya harus berubah. Kalau kita berubaha maka orang akan melihat. Namun kita melihat lebih jauh sebenarnya bagaimana karakter itu berubah. Bagaimana perubahan itu terjadi itulah mulai dari perubahan pola pikir, cara berpikir. Kalau cara berpikir kita membuka diri terhadap firman Tuhan maka itu akan mempengaruhi dan di lanjuti oleh perubahan karakter. Melalui bacaan ini ada hal-hal penting dimana Rasul Paulus menasehatkan supaya satu hati, satu jiwa, satu tujuan. Dengan cara yang bagaimana, tidak mencara kepentingan sendiri atau pujian yang sia-sia dan sebaliknya dengan rendah hati seorang menganggap yang lain lebih utama. Tidak hanya mencari kepentingan sendiri. Bagaimana bisa terjadi, bisa bersikap rendah hati, menganggap orang lain lebih utama, tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri dan uniknya nasehat itu kemudian di kaitkan dengan kehidupan pribadi kristus khususnya cara berpikir kristus.
Ayat ke-5, apa hubungannya rendah hati, memikirkan kepentingan orang lain dengan pikiran dan perasaan. Kalau saya melihat terjemahan aslinya dan terjemahan bahasa Inggrisnya sebenarnya tidak ada kata perasaan. Yang ada kata mind pikiran. Tapi saya setuju di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan pikiran, perasaan. Karena orang Indonesia pikiran dan perasaan itu menyatu. Kadang-kadang pikiran kita dipengaruhi oleh perasaan. Karena itu sangat penting. Pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Makanya tidak heran kalau dalam pertemuan-pertemuan biasanya seseorang mengajukan pendapat orang-orang barat akan berkata I think saya pikir, tapi orang Indonesia akan berkata saya rasa tidak begitu.
Untuk hidup Bersatu di dalam Kristus Yesus di butuhkan pikiran, perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus artinya di butuhkan perubahan hidup, menggunakan cara berpikir Kristus. Cra berpikir Kristus dalam bagian ini kita belajar 2 hal. Ayat 6-8 berbicara tentang merendahkan diri dan taat. Kita yang sudah tahu tapi seringkali justru matimatian mempertahankan yang namanya harga diri. Ketika kita mendengar seseorang berkata tentang kita harga diri kita terasa terganggu langsung darah mendidih, bereaksi. Ayat 8, kata bahkan ini menunjukkan penekanan bahwa Dia sudah merendahkan diri-Nya bahkan melebihi apa yang sudah di lakukannya. Mengapa? Pertama, Dia merendahkan diri-Nya hidup sebagai manusia. Dengan kata lain Kalau seandainya masalah ego itu mulai dirasakan umur 6 atau 7 paling tidak 26 tahun Dia merendahkan diri. Bukan proses 1 hari. Merendahkan diri sekali mungkin kita bisa coba tetapi kalau merendahkan diri berkali-kali pastinya kita tidak akan tahan. Karena itu mengapa Tuhan Yesus bisa melakukan itu karena Tuhan Yesus punya pikiran yang berbeda. Yang kedua, kalau kita perhatikan bukan hanya sekedar sampai kepada posisi menjadi manusia namun juga bicara sampai mati di atas kayu salib. Artinya merendahkan diri-Nya bukan hanya dalam waktu kurun waktu itu tetapi sampai pada akhirnya di pertahankan. Mengapa Tuhan Yesus bisa melakukan itu karena pola pikir yang berbeda dengan kita. Kalau pemikiran Tuhan Yesus pada waktu itu mempertahankan harga dirinya maka tidak akan terjadi karya penyelamayan Allah. Kalau Tuhan Yesus pada waktu itu berpikirnya berbeda dengan waktu itu maka kita semua akan binasa tetapi pola pikir Tuhan Yesus adalah Dia datang menjadi manusia untuk menyelesaikan tugasnya untuk menyelamatkan kita. Karena itu dia tetap merendahkan diri. Di rendahkan, merendahkan diri selama hidupnya sampai mati di atas kayu salib.
Sebagai manusia seringkali kita, jujurya harga diri itu sangat penting. Apakah Tuhan Yesus bisa merendahkan diri kemudian seolah-olah lancar, tidak ada masalah. Saya rasa itu menjadi tantangan yang besar, karena ketika Dia menjadi manusia Dia mengalami apa yang kita alami. Makanya dalam Ibrani dikatakan karena Dia sudah mengalami imam besar kita maka Dia bisa menolong kita. Dia tahu perasaan kita. Tahu apa yang kita alami. Pencobaan-pencobaan apa yang kita alami, Dia pernah alami. Mari kita bayangkan ketika Tuhan Yesus Dia dilecehkan, di hina, di bully, di fitnahbahkan di jatuhkan hukuman yang saat itu menjadi satu hukuman dan merupakan satu kutukan itulah diatas kayu salib. Sudah menjadi manusia, masuk di dalam peristiwa seperti itu. Ini di kaitkan dengan nasehat Paulus sebelumnya. Bagaimana mengutamakan yang lain jika pola pikir kita memiliki pola pikir Kristus. Kadang-kadang kita lebih banyak terganggu dengan nyamuk yang ada di sekitar kita daripada apa yang harus kita lakukan di depan. Itulah yang terjadi dalam hidup kita. Sepanjang hidup kita sebagaimana sepanjang Tuhan Yesus menjdi manusia Dia bukan hanya sekali, dua kali tetapi berkali-kali Dia di rendahkannamun Dia tetap merendahkan diri.
Kita bersyukur sebenarnya kita tidak ada harganya. Tetapi kita di hargai oleh Allah. Bahkan Alkitab mencatat kita di sebut sebagai biji mata Allah. Namun di sisi lain rasa syukur kita dengan menjadikan diri kita seolah-olah aku lebih penting daripada yang lain. Ingat pola pikir Tuhan Yesus. Dia sudah merendahkan diri bahkan sampai mati di atas kayu salib.
Yang kedua itulah nasehat untuk taat. Berbicara soal ketaatan Tuhan Yesus itu juga berbicara tentang pergumulan Tuhan Yesus untuk taat yang mencapai puncaknya di taman getsemani. Sehingga Dia harus berdoa Bapa kalau Engkau kehendaki biarlah cawan ini lalu daripada-Ku. Dan doa yang terakhir jadilah kehenk-Mu. Kenapa, karena Dia tahu hati Bapa. Dia di utus datang ke dunia ini memang tujuannya adalah supaya Dia menjalankan tugas penyelamatan manusia itulah menanggung dosa manusia sampai mati di atas kayu salib. Menderita. Sebagaimana bagian yang sebelumnya ini terjadi proses ketaatan ini terjadi itu saat Dia menjadi manusia hisup-Nya selama 33 tahun dan jalani sampai kematiannya di atas kayu salib. Dengan kata lain sama dengan proses merendahkan diri, proses ketaatan itupun terus di uji dari hari ke hari. Makanya ketika Tuhan Yesus di tolak oleh orang-orang di Samaria yang emosi adalah murid-murid-Nya. Tetapi Tuhan Yesus tidak terpancing, Dia tetap taat menjalankan misi-Nya. Ketika Dia di tangkap, di persalahkan apakah Dia bisa membela diri? Aapakah Tuhan Yesus bisa melakukan seperti pola pikir kita. Bisa. Dia bisa. Dia bisa menggunakan kuasa-Nya, menghalau semua orang-orang yang mengfitnah Diauntuk menghancurkan semua orang yang berusaha untuk menjatuhkan atau merendahkan Dia tetapi pola pikir-Nya tidak seperti kita. Dia taat karena Dia tahu tujuan hidup-Nya untuk apa di dunia ini.
Pola pikir atau perasaan kita akan mempengaruhi keputusan kita dan mempengaruhi juga perubahan karakter kita. Kalau pola pikir, atau perasaan kita sama dengan orang-orang dunia maka kita tidak bisa mengikuti nasehat yang seperti Paulus katakana untuk melihat kepentingan orang lain lebih utama. Tetapi sekali lagi pola pikir Kristus itu berbeda. Pertanyaan yang sama apakah tidak ada tantangan untuk tetap menjalankan kehidupan yang taat selama 33thn dan sampai mati di atas kayu salib, banyak. Tapi rasa hormat kepada Bapa di sorga, kasih-Nya kepada manusia mendorong kepda sebuah pemikiran untuk di wujudkan dalam bentuk Tindakan ketaatan sampai mati di atas kayu salib. Apakah Dia tidak pernah kecewa,Saya yakin sebagai manusia pasti kecewa namun semua itu mengalahkan kekecewaan-Nya terhadapa sikap manusia yang keras kepala dan menolak Dia karena Dia fokus kepada tujuann-Nyadatang kedunia ini dan Dia tetap taat. Itulah pola pikir Kristus yang dikatakan Paulus. Yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana pola pikir Kristus itu ada dan masih ada dan masih mempengaruhi kehidupan kita dan pola pikir kita sampai hari ini. Makanya murid-murid yang tidak mengerti khususnya Simon bertanya, Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni. Pola pikir manusia 3 x atau 2x cukup. Tetapi Tuhan Yesus katakana 7×7, sejauh kita bisa mengampuni ampunilah. Itulah pola pikir Kristus.
Dalam bulan ini kita akan berbicara tentang menjadi ciptaan baru. Saya yakin kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus sudah menjadi ciptaan yang baru. Sudah mulai ada perubahan-perubahan dalam hidup kita namunperubahan itu tidak hanya selesai sampai selesai sampai Sekarang. Yang menjadi pertanyaanutama adalah apakah pola pikir Kristus terus masih mempengaruhi hidup kita. Sehingga kita tidak berhenti. Cara berpikir kita berubah. Mengakibatkan karakternya juga akan berubah. Yang menjadi masalah adalah seringkali proses itu berjalan pada waktu awal ada perubahan namun terjadi sesuatu, macet di tengah-tengah. Kita sudah tidak lagi membuka diri terhadap pribadi, pola pikir-Nya dan firman-Nya mempengaruhi pola pikir kita. Tekanan, masalah apapun dalam kehidupan kita akhirnya lebih cepat mempengaruhi hidup kita daripada kita tetap mengizinkan firman Tuhan pribadi Kristus mempengaruhi pola pikir kita. Proses ini perlu berlanjut dalam kehidupan kita. Karena itu orang percaya yang sudah mengalami kelahiran kembali menjadi ciptaan baru seharusnya mengalami perubahan dan terus alami perubahan bukan berhenti. Ada perbedaan antara hidup lama dengan hidup baru. Perubahan itu menyangkut hati, karakter dan tentu juga menyangkut pola pikir.
Zakeus dan Paulus bisa berubah karena pola pikir mereka berubah sehingga mengakibatkan perubahan karakterdan sikap mereka. Maka sangat penting untuk kita memiliki pikiran dan perasaan yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus. Kedua hal ini sudah teruji dalam kehidupan Kristus. Jika pola pikir kita masih menggunakan pola pikir lama, duniawi, maka kita akan sulit rebdah hati, hidup taat. Karena secara duniawi kedua hal itu merugikan. Kita perlu perubahan pola pikir. Apa yang kita putuskan, perubahan karakter yang terjadi dalam hidup kita di mulai dari perubahan pola pikir. Mari kita terus belajar, berubah sebagai ciptaan yang baru. Biarlah firman Tuhan ini menolong kita dan kita berdoa Tuhan ubahlah aku terus seperti pikiran-Mu.